10 Things I Can See From Here

10 Things I Can See From Here

B. Indonesia buatlah sebuah cerpen tanpa google
segera ya kak​

buatlah sebuah cerpen tanpa google
segera ya kak​

Jawaban:

Impian keabadian

Pertama kali kubuka mata, yang tampak adalah sebuah kamar tidur yang mewah. Aku terbaring di atas ranjang berukuran besar. Seprainya tebal, terbuat dari bahan kualitas terbaik, berwarna biru muda. Selimutnya lembut, berbulu halus, dan harum. Di samping ranjang, ada bufet kecil dengan vas bunga di atasnya. Mawar merah segar yang ada di vas itu memberi suasana menyegarkan.

Dinding ruangan ini terkesan kokoh dan anggun, dilapisi kertas tembok mengkilap. Selain sebuah cermin besar, ada sejumlah lukisan tergantung di dinding. Salah satu lukisan menggambarkan seorang laki-laki dan perempuan, duduk bersanding mesra. Mereka tersenyum, seperti pasangan suami-istri yang berbahagia. Yang laki-laki terlihat gagah dant tampan, di usianya yang kutaksir sekitar awal 40-an. Sedangkan yang perempuan berambut panjang terurai, sangat jelita, berumur kira-kira sepuluh tahun lebih muda dari pasangannya. Selain itu, ada tiga foto terpisah, yang menunjukkan tiga gadis kecil dengan usia yang berbeda beda. Mungkin ini tiga putri dari pasangan tersebut.

Tubuhku terasa nyaman dan enteng, seperti baru bangun dari tidur lelap yang panjang. Baru kuperhatikan kemudian, ternyata aku memakai piyama dari bahan katun halus. Aku pun bangkit dari pembaringan, dan duduk bersila di ranjang. Ada perasaan aneh yang tak kupahami. Aku tak tahu sedang berada di mana, dan bagaimana bisa sampai di ruangan ini. Yang lebih membingungkan lagi, aku bahkan tak ingat siapa diriku ini. Apakah aku sedang bermimpi?

Pintu kamar terbuka. Seorang perempuan masuk, membawa segelas teh hangat dengan tatakan. Wajahnya persis perempuan di lukisan tersebut. Bibirnya menyunggingkan senyum, ketika melihatku sudah bangun. "Ah, selamat pagi, Mas Yunus! Sudah bangun rupanya. Ini kubawakan teh aroma melati kesenanganmu," ujarnya, seraya meletakkan segelas teh itu di meja kecil di samping tempat tidur.

Jawaban: Persahabatan

Saat ini aku berada di kelas 3 SMP, setiap hari kujalani bersama dengan ketiga sahabatku yaitu Aris, Andri, dan Ana. Kita berempat sudah bersahabat sejak kecil.

Suatu saat kami menulis surat perjanjian persahabatan di sobekan kertas yang dimasukkan ke dalam sebuah botol, kemudian botol tersebut dikubur di bawah pohon yang nantinya surat tersebut akan kami buka saat kami menerima hasil ujian kelulusan.

Hari yang kami berempat tunggu akhirnya tiba, kami pun menerima hasil ujian dan hasilnya kita berempat lulus semua.

Kami serentak langsung pergi berlari ke bawah pohon yang pernah kami datangi dan menggali tepat di mana botol yang dahulu dikubur berada.

Kemudian, kami berempat membuka botol tersebut dan membaca tulisan yang dulu pernah kami tulis. Kertas tersebut bertuliskan “Kami berjanji akan selalu bersama untuk selamanya.”

Keesokan hari, aris berencana untuk merayakan kelulusan kami berempat. Malamnya kami berempat pergi bersama ke suatu tempat dan di situlah saat-saat yang tidak bisa aku lupakan karena aris berencana untuk menyatakan perasannya kepadaku. Akhirnya aku dan anis berpacaran.

Begitu juga dengan Andri, dia pun berpacaran dengan Ana. Malam itu sungguh malam yang istimewa untuk kami berempat. Kami pun bergegas untuk pulang.

Ketika perjalanan pulang, entah mengapa perasaanku tidak enak.

“Perasaanku ngga enak banget ya?” Ucapku penuh cemas.

“Udahlah ndi, santai aja, kita ngga bakalan kenapa-kenapa” jawab andri dengan santai.

Tidak lama setelah itu, hal yang dikhawatirkan Nindi terjadi.

“Arissss awasss! di depan ada juang!” Teriak Nindi.

“Aaaaaaaaaa!!!”

Bruuukkk. Mobil yang kami kendarai masuk ke dalam jurang. Aku tak kuasa menahan air mata yang terus mengalir sampai aku tidak sadarkan diri.

Perlahan aku buka mataku sedikit demi sedikit dan aku melihat ibu berada di sampingku.

“Nindi.. kamu sudah sadar, Nak?” Tanya ibuku.

“Ibu.. aku di mana? Di mana Ana, Andri, dan Aris?” tanyaku.

“Kamu di rumah sakit Nak, kamu yang sabar ya, Andri dan aris tidak tertolong di lokasi kecelakaan” Jawab ibu sambil menitikkan air mata.

Aku terdiam mendengar ucapan ibu dan air mataku menetes, tangisku tiada henti mendengar pernyataan ibu.

“Aris, mengapa kamu tinggalkan aku, padahal aku sayang banget ke kamu, aku cinta kamu, tapi kamu ninggalin aku begitu cepat, semua pergi ninggalin aku.” batinku berkata.

Lantas, 2 hari berlalu dan aku berkunjung ke makam mereka, aku berharap kami bisa menghabiskan waktu bersama sampai tua. Tetapi sekarang semua itu hanya angan-angan. Aku berjanji akan selalu mengenang kalian

Penjelasan:

[answer.2.content]